Kalo ke dokter bisa-bisa di operasi. Selain itu, biayanya juga mahal. Belum lagi citra dokter atau rumah sakit yang katanya tidak ramah, mahal, dan lain-lain.
Berbeda dengan kalo ke dukun patah. Pasti tidak di operasi dan biaya bisa dinego. Selain itu, sugesti, sentuhan, dan mantera menjadi sumber keyakinan. Satu lagi, nama besar dukun patah juga sangat berpengaruh. Biasanya terdapat dalam kalimat: “konon kabarnya cuma dielus, dipercikin air, dibalut ramuan, dan sedikit mantera, tulang akan menyambung secara ajaib”.
InsyaAllah Nyambung
Sebenarnya apa yang terjadi pada patah tulang?
Baik ditangani dokter atau dukun, atau bahkan dibiarkan sekalipun, tulang yang patah tetap akan menyambung, asalkan ujung patahan berimpit atau bertemu. Ini merupakan anugerah Allah.
Proses penyambungan alami tulang kira-kira seperti ini:
- Pada tahap awal terbentuk bekuan darah di sekitar patahan(hematoma). Tahap ini berlangsung 1-3 hari.
- Pembentukan perekat tulang yang terdiri dari serat-serat tulang rawan. Tahap ini biasanya memakan waktu 3 hari sampai 2 minggu.
- Perekat tulang mulai mengeras, terjadi antara 2 sampai 6 minggu.
- Penyatuan ujung tulang disertai mulai menghilangnya perekat tulang. Proses ini berlangsung hingga 6 bulan.
- Penyatuan ujung tulang semakin baik dan akhirnya akan sama dengan bentuk awalnya sebelum patah. Tahap ini berlangsung sampai 1 tahun.
Sekali lagi proses di atas akan berjalan tidak peduli apakah patah tulang ditangani dokter, dukun, atau dibiarkan begitu saja.
Reposisi
Jadi apa fungsi dukun dan apa pula fungsi dokter?
Pada kasus patah tulang, fungsi keduanya sama yaitu melakukan reposisi atau mengembalikan posisi tulang senormal. Setelah itu, tubuh dengan mekanismenya sendiri akan menyambung tulang yang patah tersebut. Tetapi walaupun sama-sama melakukan reposisi, bedanya ada pada teknik reposisi.
Teknik reposisi oleh dukun lebih sederhana, antara lain hanya menarik atau memutar kemudian melakukan fiksasi agar posisi tulang tidak kembali ke posisi tidak normalnya. Selain itu, dukun tidak memakai antinyeri atau obat bius, jadi pasien merasakan sakitnya proses reposisi. *Bisa saja pasien berteriak, “sakitnya tuh di sini”, sambil menunjuk bagian yang patah.* Teknik reposisi dukun patah juga cenderung seragam, tidak peduli dengan jenis atau tipe patah tulang.
Seiring dengan perkembangan teknologi, ada juga dukun yang mengadopsi teknik modern, yaitu meminta foto rontgen sebelum dan sesudah tindakan :). Jadi jangan heran jika ada pasien di UGD, setelah difoto rontgen meminta pulang paksa, dan berpindah tempat perawatan ke rumah dukun.
Teknik reposisi oleh dokter biasanya lebih rasional. Tindakan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan tipe patah tulang. Selain itu, dokter juga mempertimbangkan kerusakan jaringan, pembuluh darah, atau pembuluh saraf di sekitar patahan. Setiap tindakan yang berpotensi nyeri biasanya dilindungi dengan antinyeri atau pembiusan. Sehingga pasien tidak merasakan sakit yang luar biasa.
Dokter Lebih Baik
Jika patah tulang tipe sederhana, misalnya hanya patah di satu tempat dan tidak ada pergeseran tulang, tidak ada luka, atau tidak ada perdarahan dalam, dukun biasanya dapat mengembalikan atau mempertahankan posisi tulang pada tempatnya semula dengan hasil yang hampir sama dengan yang dilakukan dokter.
Tapi jika patah tulang sudah kompleks, misalnya patah di dua atau banyak tempat, ada luka terbuka, ada perdarahan, ada robekan saraf, dukun akan kesulitan melakukan tindakan. Penyambungan tulang, jika ujungnya berimpit, tetap akan terjadi tapi biasanya dengan komplikasi seperti infeksi atau posisi tulang tidak normal. Selain itu waktu penyembuhan berlangsung lebih lama atau timbul pembusukan pada jaringan yang mati yang tidak dibersihkan dengan baik.
Pada kasus patah tulang yang kompleks, dokter umumnya mampu melakukan tindakan lebih baik dengan hasil yang lebih baik pula. Hal ini karena ditunjang dengan keterampilan dan alat yang lebih canggih. Kalaupun tulang tidak bisa dikembalikan ke posisi normalnya, tetap saja hasilnya masih mendingan dibandingkan dengan dukun.
Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar