Rabu, 24 Juli 2019

TIGA DARI SEPULUH

Tuberkulosis Paru
Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di bagian lain muka bumi. Hanya tiga dari sepuluh penderita TB yang ditemukan. Itu pun sudah dengan berbagai macam cara. Menggunakan mikroskop ataupun menggunakan strip mirip uji kehamilan. Atau cara lainnya yang lebih canggih.

Bagi yang belum familiar, TB itu singkatan dari tuberkulosis. Dulu ada huruf C dibelakangnya, jadinya TBC. Entah kenapa huruf itu dihilangkan.

Apa masalahnya jika hanya tiga?

Artinya, tujuh sisanya tetap tak terobati. Tak terdeteksi. Dan yang paling penting, tetap memproduksi droplet.

Makhluk apa ini?

Ketika penderita TB atau TBC (tebese) berbicara, bersin, batuk, buang ingus, dan berbagai aktifitas yang melibatkan mulut atau hidung, maka bakteri TB akan berhamburan keluar, sebagiannya masih terbungkus cairan ingus dalam ukuran mini. Hamburan yang super kecil dan tak kasat mata ini yang digelari droplet.

Bakteri TB termasuk bakteri kuat. Mampu bertahan hidup lama di udara, atau di lantai, atau dimana saja.

Ketika droplet berisi bakteri TB terhirup orang sekitar, maka ia akan ikut-ikutan terinfeksi. Sebagiannya sukses memerangi infeksi ini, dan tetap sehat. Tapi lainnya, terutama yang masa kecilnya tak dapat suntikan vaksin BCG, infeksinya bisa berlanjut. Selang beberapa bulan atau tahun akan menjadi pendatang baru di dunia penderita TB. Yang siap menjadi sumber penularan tambahan bagi orang disekitarnya.

So, apa yang harus dilakukan?

Pemerintah? Kita doakan saja. Sepertinya mereka sudah maksimal. Minimal untuk ukuran minimal.

Tapi yang terpenting diri kita sendiri. Ukurlah diri, apakah kita bukan salah satu dari tujuh yang siluman.

Kalau tertarik mengukur, silakan jawab pertanyaan ini:

1. Apakah batuk lebih dari tiga minggu?
2. Apakah batuknya berdahak, atau bercampur darah?
3. Apakah suka keringatan sore dan malam hari, pada hal kerjaan cuma duduk-duduk nonton tv aja, atau nonton youtube.
4. Apakah malas makan belakangan ini, padahal lauknya menggugah selera?
4. Apakah berat badan menurun, padahal ga ada niat diet?
5. Apakah terlihat pucat, padahal jarang begadang?

Kalau banyakan 'ya' nya dari pada 'tidak' nya, segera ke Puskesmas, konsultasi. Nanti dahaknya diambil, diwarnai, lalu di teropong di bawah mikroskop.

Jangan khawatir, semuanya gratis koq. Dijamin.

Apapun hasilnya harus disyukuri. Andai positif, tetap semangat. Karena penyakit ini bukan tak bisa sembuh.

Tapi perlu cepat diketemukan. Semakin cepat ketemu, semakin cepat diobati, dan semakin bisa sembuh (iChal.Net).

*Gambar dari www.umu.se